Kamis, 12 Februari 2009

Manfaatkan Waktu Muda mu!

Masa muda memang masa yang indah, penuh kenangan, dan memberikan nuansa yang berbeda dalam diri kita. Kita lebih mudah bernostalgia dengan masa muda kita, (mungkin) merasa lebih bahagia dan senang dengan masa muda kita, dan (terkadang) lebih gampang membanggakan diri ketika muda.

Sudah banyak sekali artikel maupun referensi yang menyatakan mengenai keutamaan masa muda, dan dapat kita temui dengan mudah artikel-artikel maupun tulisan yang membeberkan mengenai keistimewaan masa muda.

Salah satu argumen yang sering diutarakan dalam berbagai tulisan tersebut adalah hadits berikut.

Takkan bergeser kedua kaki manusia pada hari kiamat sampai selesai ditanya tentang empat perkara: tentang umurnya, untuk apa dihabiskan; tentang masa mudanya, untuk apa dipergunakan; tentang hartanya, dari mana diperoleh dan untuk apa dibelanjakan; dan tentang ilmunya, apa yang sudah diperbuat dengannya. " (HR. Tirmidzi)

Jika kita melihat sekilas hadits diatas, kesan yang pertama kali kita dapatkan mungkin akan sangat membebani diri kita. Peringatan yang keras agar kita berhati-hati dalam menghabiskan umur ketika muda.

Namun, kalau kita mau sedikit mengambil sudut pandang yang berbeda, apalagi kalau kita sekarang merasa masih muda, maka kita bisa melihat bahwasanya, masa muda seseorang itu memiliki keutamaan dibandingkan dengan masa-masa lain dalam kehidupan seorang anak manusia.

Kalau dalam bahasa penilaian ilmiah, mungkin pembobotan masa muda dibandingkan dengan masa lain menjadi lebih berat.

Sebagai sebuah ilustrasi, kita menghadapi ujian, dan soal ujian yang harus kita kerjakan terdiri dari beberapa bentuk: ada format pilihan ganda; mencongak/mencocokan; mengisi beberapa “titik-titik yang kosong” dengan pilihan kata/istilah yang tersedia pada sebuah esai; jawaban singkat; bahkan ada yang memerlukan jawaban esai yang sedikit panjang. Nah, mungkin saja, jawaban esai dari soal yang kita kerjakan diberikan bobot yang lebih besar dibandingkan pilihan ganda, kira-kira begitulah ilustrasi yang bisa kita berikan dalam memandang masa muda dibandingkan masa-masa lain dalam kehidupan kita.

Sebuah kebaikan yang dibuat oleh seorang pemuda, tentu akan bernilai berbeda dari pada yang dilakukan oleh orang yang tua maupun anak-anak (dengan memandang aspek lain dalam kondisi yang sama, -red).

Karena seorang anak-anak mungkin melakukan ibadah karena terdorong oleh faktor-faktor lain yang menarik hatinya, seperti ada hadiah yang ingin diraih, “paksaan” dari orang tua, maupun ketertarikan yang terkadang tidak berhubungan dengan ibadah, semisal karena teman-teman semuanya beramal sehingga tidak ingin tertinggal sendirian, karena ada seseorang yang ingin didekati, ataupun karena bagian dari peraturan yang harus ia jalankan, seperti ketika disekolah ataupun lain-lainnya.

Dan amalan seorang pemuda juga berbeda dengan orang tua, apalagi kalau orang tersebut sudah renta. Maklumlah dia mau beribadah, mungkin karena di sisinya sudah tercium aroma sang malaikat pencabut nyawa.

Sedangkan ketika seorang pemuda beramal, maka ia sungguh sangat luar biasa. Dimasa-masa mudalah semangat tuk melakukan pemberontakan itu sangat besar, upaya pencarian jati diri, ingin lepas dari pengaruh orang lain (seperti orang tua), dan sedang merasa benar sendiri.

Maka dari itu, (bisa jadi) amalan-amalan yang kita lakukan selagi masih muda, bisa bernilai sangat besar. Dan mungkin dapat kita banggakan ketika Allah mempertanyakan masa muda kita.

“Wahai fulan/ah, untuk apa engkau habiskan masa mudamu?”, maka jika kita mempergunakan masa muda kita dengan sebaik-baiknya, kita bisa saja menjawabnya dengan sedikit berbangga hati, “Ya Allah, seseungguhnya saya menghabiskan masa mudaku dengan menuntut ilmu (belajar), suatu hal yang diwajibkan olehMu dan dianjurkan oleh utusanMu; saya mendirikan rukun Islam dengan baik, dan konsisten dalam mengamalkannya; dan saya pun telah menjaga diri saya sebaik-baiknya dari fitnah zaman masa mudaku”

Sungguh luar biasa, suatu jawaban yang Insya Allah bisa membuat Tuhan kita tersenyum dan bangga, serta sangatlah mungkin kan mengantarkan kita melalui gerbang syurga.

Jadi, kepada para pemuda, saya wasiatkan satu hal ini saja, beramallah sebanyak-banyaknya, selagi kita masih muda.

Ibnu Abbas رضي الله عنه berkata: Aku pernah di belakang Rasulullah صلی الله عليه وسلم pada suatu hari dan beliau bersabda: "Wahai anak muda, peliharalah (ajaran) Allah, niscaya Dia akan memelihara engkau dan peliharalah (ajaran) Allah, niscaya engkau akan mendapatkan-Nya di hadapanmu. Jika engkau meminta sesuatu, mintalah kepada Allah dan jika engkau meminta pertolongan, mintalah pertolongan kepada Allah."(Riwayat Tirmidzi. Ia berkata: Hadits ini shahih)


*Khusus u/ diri ndiri Yg juga brusaha mempersembahkn masa muda hany u/ Allah SWT

KESEMPATAN ITU SEKALI SEUMUR HIDUP

Saya tidak pernah percaya dengan mitos “kesempatan hanya datang sekali seumur hidup” atau “one in a life time opportunity”. Saya selalu yakin bahwa peluang atau kesempatan itu diciptakan, dibuat, dan dibentuk. Namun bukan berarti saya menafikan aspek “Ketuhanan” lho yah dalam hal ini. Justru itu, saya yakin bahwa manusia hanya bisa merubah nasibnya jika ia mau merubahnya.

Sesungguhnya Allah tidak mengubah keadaan sesuatu kaum sehingga mereka mengubah keadaan yang ada pada diri mereka sendiri. (QS. Ar-Ra'd: 11)

Namun tadi pagi saya mendapat pelajaran baru… yaitu mengenai kesigapan dalam mengambil peluang, khususnya peluang tuk beramal.

Saya baru ngeh, bahwa ternyata mitos “kesempatan hanya datang sekali seumur hidup” itu bisa menjadi suatu hal yang benar dalam kondisi-kondisi tertentu, terutama jika berhubungan dengan aspek ibadah atau peluang tuk beramal. Dibutuhkan orang-orang yang gesit, sigap, dan pro aktif dalam hal urusan mengambil peluang beramal.

Makanya, prinsip utama dalam hal ibadah adalah “fastabiqul khairat” atau berlomba-lomba dalam kebaikan. Sebuah iklim kompetisi yang mengharuskan kita tuh bersaing dan berebutan amalan. Sebuah nuansa dimana dibutuhkan kesadaran diri, keawasan pikiran, kemauan sikap, dan kecepatan amalan.

Kalau kita tidak mau mengambil peluang beramal tersebut, maka sudah pasti, dan saya menyakini benar hal ini, bahwa amalan tersebut tetap akan ada yang mengerjakannya.

Bukankah Allah juga pernah berfirman mengenai pergantian orang-orang murtad dengan generasi yang lebih baik lagi.

Hai orang-orang yang beriman, barang siapa di antara kamu yang murtad dari agamanya, maka kelak Allah akan mendatangkan suatu kaum yang Allah mencintai mereka dan mereka pun mencintai-Nya, yang bersikap lemah lembut terhadap orang yang mukmin, yang bersikap keras terhadap orang-orang kafir, yang berjihad di jalan Allah, dan yang tidak takut kepada celaan orang yang suka mencela. Itulah karunia Allah, diberikan-Nya kepada siapa yang dikehendaki-Nya, dan Allah Maha Luas (pemberian-Nya) lagi Maha Mengetahui. (QS. Al-Maaidah: 54)

Maka dari itu, jika peluang atau kesempatan beramal sedang “ditawarkan” dihadapan kita, ambillah dan raihlah secepatnya. Agar tidak hilang kesempatan beramal sekali seumur hidup kita.

Untuk “amalan-amalan yang kecil”, juga berlaku hal yang sama, ketika ada peluang tuk memindahkan gangguan dari jalanan, ketika ada peluang tuk menyebrangkan orangtua di jalan yang padat, ketika ada kesempatan tuk memberikan tempat duduk kepada wanita/ibu-ibu di kendaraan umum, ketika ada celah tuk bisa membantu meski hanya dengan sekedar mendengarkan dengan hati dan memberikan wajah yang cerah, cobalah tuk dilakukan.

Karena sangatlah mungkin, kesempatan itu tidak akan datang dua kali, dan akan ada orang lain yang akan mengambilnya, dan ketika tiba masa itu, kita hanya bisa menggigit jari menyesali suatu perkara “sepele” yang mungkin bisa mendatangkan keuntungan yang besar.

Seorang salafus shalih, Abdullah Ibnu Mubarrak pernah berkata, ada amalan-amalan kecil yang menjadi besar karena niatnya, dan ada amalan-amalan besar yang menjadi kecil karena niatnya.

Semoga kita tidak menyia-nyiakan kesempatan beramal sekali seumur hidup itu lagi.

SALAHKAH SYAITHAN SAJA?



Dengarlah pengakuan syaitan di akhirat nanti, sebagaimana dijelaskan Al-Quran ini,

Dan berkatalah syaitan tatkala perkara (hisab) telah diselesaikan: "Sesungguhnya Allah telah menjanjikan kepadamu janji yang benar, dan aku pun telah menjanjikan kepadamu tetapi aku menyalahinya. Sekali-kali tidak ada kekuasaan bagiku terhadapmu, melainkan (sekedar) aku menyeru kamu lalu kamu mematuhi seruanku, oleh sebab itu janganlah kamu mencerca aku, akan tetapi cercalah dirimu sendiri. Aku sekali-kali tidak dapat menolongmu dan kamu pun sekali-kali tidak dapat menolongku. Sesungguhnya aku tidak membenarkan perbuatanmu mempersekutukan aku (dengan Allah) sejak dahulu". Sesungguhnya orang-orang yang lalim itu mendapat siksaan yang pedih. [QS. Ibrahim: 22]

Ada orang-orang yang berkata bahwa hidayah itu adalah hak prerogatif Allah SWT, jadi kalau kita menjadi seorang penjahat/sesat/berbuat keburukan, maka itu sudah ketentuan Allah, karena Allah SWT tentu bisa mencegah/menghentikan kita dari perbuatan buruk itu dan menjadikan kita seorang yang baik,

Padahal, di ayat yang lain dikatakan bahwa,

Maka Allah mengilhamkan kepada jiwa itu (jalan) kefasikan dan ketakwaannya, [QS. Asy-Syams: 8]

Dan sesungguhnya di antara kami ada orang-orang yang taat dan ada (pula) orang-orang yang menyimpang dari kebenaran. Barang siapa yang taat, maka mereka itu benar-benar telah memilih jalan yang lurus. Adapun orang-orang yang menyimpang dari kebenaran, maka mereka menjadi kayu api neraka Jahanam". [QS. Al-Jin: 14-15]

Sesungguhnya beruntunglah orang yang membersihkan diri (dengan beriman), dan dia ingat nama Tuhannya, lalu dia sembahyang. Tetapi kamu (orang-orang kafir) memilih kehidupan duniawi. Sedang kehidupan akhirat adalah lebih baik dan lebih kekal. [QS. Al-A'laa: 14-17]

Dan saya pun berkata,

"Hidup adalah pilihan, dan tiap pilihan memiliki konsekuensinya tersendiri"

Apakah ayat-ayat di atas saling bertentangan..?
Jawabannya tentu adalah tidak. Karena sebagaimana yang dikatakan oleh The Fikr dalam nasyid Hidayah Ilahi di album Cinta,

Ternyata datangnya sinaran seiring
Kesungguhan mencari
Jalan kebenaran, jalan keridhoan


Bahwa sesungguhnya salah satu sebab kita menerima hidayah itu adalah karena adanya usaha/kesungguhan kita dalam mencarinya, tentunya disamping bahwa itu semua pun atas izin Allah SWT

Dan orang-orang yang berjihad untuk (mencari keridaan) Kami, benar-benar akan Kami tunjukkan Kepada mereka jalan-jalan Kami. Dan sesungguhnya Allah benar-benar beserta orang-orang yang berbuat baik. [QS. Al-'Ankabuut: 69]
*berjihad = mujahadah = bersungguh-sungguh


Maka dari itu, ada sedikit point yang perlu kita perhatikan, terutama bagi saya pribadi,

1. Jika sekarang ini anda telah mendapatkan hidayah, dengan menjadi seorang muslim yang baik, mintalah kepada Allah SWT agar diberikan hati yang tetap teguh dalam keimanan tersebut, berdoalah kepadaNya,

"Wahai zat yang membolak-balikkan hati, tetapkanlah hamba dalam agamaMu"


2. Jika sekarang ini anda telah mendapatkan hidayah, maka jagalah hidayah tersebut dengan berbuat kebaikan, dan janganlah menjadi orang yang "bertenang-diri" dengan keadaan yang ada sekarang, karena bisa jadi, bahwa saat-saat kematian kita bukanlah kematian yang baik (husnul khatimah), tapi merupakan kematian yang buruk (su'ul khatimah), sehingga tempat kita di akhirat menjadi tempat yang buruk penuh penyesalan, naudzu billahimin dzalik,

Seorang melakukan amalan-amalan ahli surga sebagaimana tampak bagi orang-orang tetapi sesungguhnya dia termasuk penghuni neraka, dan seorang lagi melakukan amalan-amalan ahli neraka sebagaimana disaksikan orang-orang tetapi sebenarnya dia tergolong penghuni surga. (HR. Bukhari)


3. Jika sekarang ini anda merasa bukanlah seorang yang baik dan merasa jauh dari hidayah Allah, maka janganlah berputus asa dan janganlah berkecil hati dengan keadaan yang ada sekarang. Bertaubatlah, hentikan perbuatan buruk, dan mendekatlah kepadaNya, karena sesungguhnya ampunanNya teramat luas, dan sesungguhnya Ia amat cinta kepada hamba-hambaNya yang kembali, serta berbuatlah kebaikan sebagaimana yang telah diperintahkan,

Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu mengikuti langkah-langkah setan. Barang siapa yang mengikuti langkah-langkah setan, maka sesungguhnya setan itu menyuruh mengerjakan perbuatan yang keji dan yang mungkar. Sekiranya tidaklah karena karunia Allah dan rahmat-Nya kepada kamu sekalian, niscaya tidak seorang pun dari kamu bersih (dari perbuatan-perbuatan keji dan mungkar itu) selama-lamanya, tetapi Allah membersihkan siapa yang dikehendaki-Nya. Dan Allah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui. [QS. An-Nuur: 21]


4. Hidup adalah pilihan, dan pilihan yang kita ambil sekarang, sangatlah menentukan akhir yang akan kita dapatkan di akhirat nanti, Hanya ada dua tempat tanpa ada tempat ketiganya, hanya ada surga atau neraka, hanya ada kenikmatan atau siksaan, dan tidak ada pilihan lain selain hanya itu saja.

Tidak ada yang bisa mempengaruhi kita, karena sejatinya, keputusan untuk melangkah ada pada diri kita seorang. Berlindunglah kepada Allah dari godaan syaitan yang terkutuk, memohonlah kepada Allah agar ditunjuki kebaikan-kebaikan, dan mintalah akhir yang penuh kebahagiaan, merasakan kenikmatan berkekalan yang tiada dapat dibayangkan, di surgaNya kelak (Allahumma amin),

Iblis berkata: "Ya Tuhanku, oleh sebab Engkau telah memutuskan bahwa aku sesat pasti aku akan menjadikan mereka memandang baik (perbuatan maksiat) di muka bumi, dan pasti aku akan menyesatkan mereka semuanya, kecuali hamba-hamba Engkau yang mukhlis di antara mereka". Allah berfirman: "Ini adalah jalan yang lurus; kewajiban Aku-lah (menjaganya). Sesungguhnya hamba-hamba-Ku tidak ada kekuasaan bagimu terhadap mereka, kecuali orang-orang yang mengikut kamu, yaitu orang-orang yang sesat. [QS. Al-Hijr: 39-42]

---000---


WE WILL NOT GO DOWN

Kecaman terhadap kekejian yang dilakukan Israel la’natullah dan dukungan terhadap Gaza menyeruak dari berbagai pihak, baik dari pihak muslimin sendiri, maupun dari non muslim. Slogan yang berlaku hari ini adalah, “hanya mereka yang ngga punya hati, yang ngga ngedukung Palestina!

Politisi, pengamat militer, aktivis kemanusiaan, medis, dan bahkan juga musisi menunjukkan kepedulian dengan cara yang mereka bisa.

Michael Heart, pada Januari 2009 meluncurkan lagu berjudul "We will not go down"

mengenai keadaan yang mengerikan di jalur Gaza.

Di situs pribadinya, ia mengatakan bahwa pada mulanya, lagu ini ditujukan untuk dijual, lalu hasilnya untuk disumbangkan, namun karena ada kendala teknis, akhirnya lagu itu dibuat gratis. Beliau menghimbau kepada setiap orang yang mengunduh lagu tersebut, agar berkenan untuk menyumbang kepada organisasi yang peduli terhadap penderitaan Palestina.

Latar belakang Michael sangatlah beragam, dilahirkan di Siria dan dibesarkan di Eropa (Swiss dan Austria), timur tengah dan Amerika. Musisi yang meraih gelar sarjana taknik audio dari Full Sail (recording school), saat ini, ia tinggal di Los Angeles sejak tahun 1990 dan bekerja sebagai gitaris dan teknisi rekamanan.

Lagu ini bisa diunduh gratis di: http://michaelheart.com/Song_for_Gaza.html

Jenis : lagu

Judul : We Will Not Go Down (Song for Gaza)

Artis dan composer : Michael Heart

A blinding flash of white light

Lit up the sky over Gaza tonight

People running for cover

Not knowing whether they’re dead or alive

They came with their tanks and their planes

With ravaging fiery flames

And nothing remains

Just a voice rising up in the smoky haze

We will not go down

In the night, without a fight

You can burn up our mosques and our homes and our schools

But our spirit will never die

We will not go down

In Gaza tonight

Women and children alike

Murdered and massacred night after night

While the so-called leaders of countries afar

Debated on who’s wrong or right

But their powerless words were in vain

And the bombs fell down like acid rain

But through the tears and the blood and the pain

You can still hear that voice through the smoky haze

We will not go down

In the night, without a fight

You can burn up our mosques and our homes and our schools

But our spirit will never die

We will not go down

In the night, without a fight

We will not go down

In Gaza tonight

Ada sebuah tulisan menarik (ga sengaja nemu) yang bisa kita jadikan buat bahan renungan kita bersama. Tentang fenomena hijab antara ikhwan dan akhwat. Sering kali kita (termasuk saya sendiri) kadang kurang memperhatikan hal ini dalam pergaulan sehari-hari. Mudah-mudahan bermanfaat. Diambil dari salah satu blog.

Angin keterbukaan yang bertiup kencang di era reformasi menyebabkan medan dakwah menjadi sangat berbeda dengan dakwah di zaman Soeharto berkuasa. Ketika Soeharto sedang berada di zaman emasnya, scope dakwah sangat terbatas. Dakwah dilakukan door to door. Dakwah kepada masyarakat luas hanya moment-moment tertentu, dengan topik yang cukup umum. Para ulama tidak bisa menyentil atau secara tidak langsung mengkritisi pemerintah dalam ulasan ceramahnya, jika tidak ingin �hilang malam� segera setelah menyelesaikan isi pidatonya.

Dakwah hari ini cukup kontroversi dengan situasi di atas. Peluang yang terbuka lebar di sana-sini, memungkinkan aktivis dakwah untuk tampil tanpa ragu-ragu. Forum-forum yang mengusung panji Islam bermunculan, bacaan Islami menjamur, organisasi Islam berdiri sampai ke panggung politik nasional, bahkan seni Islam seperti lagu nasyid juga tidak ketinggalan. Singkatnya, dakwah tidak perlu lagi sembunyi-sembunyi. Intensitas pertemuan Ikhwan-Akhwat pun tidak dapat dihindari. Namun apakah mereka turut mereformasi hijabnya seiring dengan tuntutan zaman? Mengadakan pertemuan tanpa hijab (tabir pembatas ruangan laki-laki dan perempuan), sering menelepon membahas agenda urgent untuk syuro (baca: rapat) selanjutnya, mengirim sms, miscall untuk mengingatkan jam syuro sudah dimulai, e-mail dan sarana telekomunikasi lainnya telah menjadi corak yang mewarnai pergaulan Ikhwan-Akhwat. Jika kelonggaran ini terus merambat maka dikhawatirkan aktifitas dakwah akan kehilangan keistimewaan yang mesti dimilikinya. Jika sudah demikian, lalu apa bedanya kita dengan yang lain?.

Ada beberapa faktor yang menjadi penyebab turunnya hijab di kalangan aktivis dakwah:

Pertama, pemahaman. Walaupun telah dipenuhi atribut sebagai aktivis, masih banyak yang belum faham tentang hijab itu sendiri. Demikian juga norma-norma yang lain. Banyak di antara mereka yang �tersandung� terlebih dahulu baru kemudian benar-benar memahami urgensi hijab bagi perjalanan dakwah yang sedang diperjuangkan. Kendati pemahaman dapat diasah melalui bacaan, pengalaman memang lebih mengena ke sanubari orang yang mengalaminya.

Kedua, ukhuwah yang mandeg di tengah mereka. Ukhuwah sesama Akhwat yang renggang menyebabkan seorang Akhwat lebih suka curhat kepada seorang Ikhwan. Atau sebaliknya, karena sibuk menghandle beberapa kegiatan, akhirnya kurang arif melihat bahwa di antara sesama Ikhwan ada yang sedang mengalami masalah prbadi. Kadang-kadang kecenderungan yang terjadi lebih ke lawan jenis daripada kepada sesamanya. Fenomena inilah yang harus disikapi lebih awal. Ikatan hati antara Akhwat dengan sesama Akhwat, dan Ikhwan dengan sesama Ikhwan harus diperkuat.

Ketiga, kurang kontrol, baik dari murabbi atau dari dewan syuro lembaga dakwah kampus. Seringkali yang muncul adalah komentar-komentar tanpa solusi konkrit. Tidak jarang pula karena tidak ada rujukan yang benar-benar dapat dijadikan teladan. Hal ini cukup dilematis bagi aktivis yang berstatus junior yang ingin proaktif.

Ketika rambu-rambu pribadi kita agak redup, ada beberapa sikap yang semakin menjerumuskan kita dari penjagaan hijab ini. Boleh jadi tindakan ini telah sering kita lakukan, secara lambat laun membuat hijab kita semakin terkontaminasi. Di antara sikap-sikap tersebut adalah sebagai berikut :

1. Pandangan.
Pandangan merupakan langkah awal yang biasa digunakan syetan untuk merusak hati seorang laki-laki atau seorang perempuan terhadap lawan jenisnya. �Dari mata turun ke hati� bukanlah sekedar pameo. Karena itu Rasulullah Saw melarang Ali bin Abi Thalib memandang seorang perempuan untuk kedua kalinya sebab ia merupakan anak panah syetan. Allah pun telah mengingatkan dalam Surah An Nuur : 30, �Katakanlah kepada orang laki-laki yang beriman, hendaklah mereka menahan pandangannya dan memelihara kemaluannya. Yang demikian itu adalah lebih suci bagi mereka. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang mereka perbuat.�

2. Senyuman.
Senyuman memang merupakan sedekah yang paling mudah dan paling murah. Senyuman akan bermakna positif pada orang yang tepat, pada saat yang tepat dan dalam durasi waktu yang tepat pula. Namun maknanya akan terasa berbeda jika senyuman itu diberikan pada lawan jenis dengan tatapan mata yang penuh arti dan frekuensi yng cukup sering.

3. Ucapan.
Komunikasi memang sangat diperlukan antar sesama aktivis dakwah. Perlu digaris bawahi agar perkataan yang terlontar dalam pembicaraan agenda dakwah tidak menyinggung hal-hal personal apalagi bersifat sensitif. Ucapan akan mengundang makna implisit jika diekspresikan dengan penuh perasaan. Ucapan kita akan terpengaruh jika dibawa bercanda, menghibur atau bersimpati pada lawan jenis. Karena bahaya lidah tak bertulang inilah maka Rasulullah Saw menyebutkan dalam salah satu haditsnya agar kita senantiasa berbicara yang baik atau lebih baik diam.

4. Kunjungan.
Salah satu cara mempererat silaturahim adalah dengan mengunjungi saudara. Dengan demikian ukhuwah akan semakin kuat dan harmonis. Namun kunjungan antara pria dan wanita dapat berdampak lain. Terkadang kunjungan dibuat dengan cover meminjam catatan, diskusi tentang tugas akhir semester, follow up syuro yang tidak sempat dibahas di kampus, konsultasi keislaman dan banyak topeng lainnya. Perlahan-lahan kunjungan formal ini menjadi kunjungan yang lebih bersifat prifacy.

5. Hadiah.
�Saling memberi hadiahlah kalian, maka kalian akan saling mencintai�, sabda Rasulullah Saw. Trik ini sangat bagus digunakan untuk menambah kehangatan persahabatan antar sesama Akhwat atau sesama Ikhwan seperti dalam acara tukar kado atau Malam Bina Iman dan Takwa (MABIT). Tidak sedikit pula kita menyalah artikan pemberian ketika hadiah itu berasal dari lawan janis. Kemudian timbul perasaan ge-er yang membuka pintu-pintu rusaknya hati, karena tipisnya tameng untuk itu.

Sadar atau tidak, tindakan di atas adalah rangkaian pintu masuk syetan yang merupakan bagian dari langkah-langkah syetan untuk menjauhkan kita dari ridho Allah Swt. Kita harus senantiasa mawas diri bahwa dari setiap aliran darah ini musuh kita laknatullah tersebut akan selalu mengintai peluang untuk melengahkan kita. Terlepas kepada siapa kita melakukannya, orang yang faham atau orang yang awam. Seperti yang ditegaskan Allah dalam al-Quran Surah al-Baqarah: 208, �Hai orang-orang yang beriman, masuklah kamu kedalam Islam secara menyeluruh. Janganlah kamu menuruti langkah-langkah syetan. Sesungguhnya syetan itu adalah musuh yang nyata bagimu.�

Untuk membentengi diri dari godaan ini, ada tiga penguasaan yang harus kita miliki.
Pertama, penguasaan ilmu. Keimanan perlu ditopang dengan ilmu. Mengetahui ilmu tidak cukup hanya sekedar mengenal sebab, yang lebih penting adalah memahaminya. Sesungguhnya dengan mengunakan jilbab syar�i seorang Akhwat telah membuat perisai untuk dirinya yang menunjukkan izzah seorang Muslimah. Dari penampilan fisik saja sebenarnya kita telah menghijabi diri dari kemungkinan berbuat di luar jalur. Masih banyak ilmu-ilmu lainnya yang harus digali untuk semakin meningkatkan kualitas diri seorang Muslim. Ilmu bisa datang dari mana saja, siapa saja dan kapan saja, selagi kita menguatkan azzam dan meluruskan niat bahwa kita menuntut ilmu dalam rangka beribadah kepada Allah Swt, �…Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang berilmu beberapa derajat� (Q.S. Al Mujadalah : 11).

Kedua, penguasan ma�nawi. Seorang yang faham dengan sesuatu belum tentu komit dengan pengetahuannya. Dia harus berlatih mengendalikan hawa nafsunya di bawah kendali iman. Begitu juga halnya dengan pemahaman seorang aktivis harokah, bisa saja luntur ketika keimanannya memudar. Pengetahuannya tentang etika pergaulan pria dan wanita menjadi redup, seredup cahaya imannya. Salah satu obatnya adalah dengan membasahi rohaninya yang kering dengan istighfar dan dzikrullah. Harus selalu dicamkan dalam hati bahwa kita menjaga diri ini tidak mengenal lingkungan di mana kita berada. Sejatinya, kemanapun kita melangkah, seiring dengan bertambahnya ilmu, orang ammah (umum) dapat melihat niai-nilai Islami tersebut terpancar dari tingkah polah kita. Normal jika tidak sedikit yang berbuat khilaf di tengah usahanya memperbaiki diri. Kewajiban kita adalah selalu berusaha untuk menjadi lebih baik.

Ketiga, penguasaan aplikasi. Penguasan ilmu dan stabilitas ma�nawiyah belum cukup sempurna jika respon-respon gerak belum tumbuh. Seorang aktivis yang menguasai ilmu akan memberikan reaksi yang tepat terhadap aksi-aksi yang muncul di sekitarnya serta mampu memberikan input bagi lingkungannya. Ia tidak reaksioner terhadap aksi-aksi negatif serta lebih bijaksana menyikapi suatu tantangan dari berbagai sudut pandang. Pola pikir yang broad-mainded ini akan kelihatan manfaatnya ketika ia mengambil keputusan dalam pergaulan sesama. Ia tidak akan cepat ge-er dan tidak akan membuat ge-er orang lain. Wibawanya sebagai seorang Muslim tetap terjaga.

Jadi seorang aktivis dakwah yang telah mempunyai penguasaan materi keilmuan (kognitif), kestabilan ma�nawi (afektif) dan penguasaan gerak amal (evaluatif) akan terjaga komitmennya terhadap tarikan-tarikan buruk. Seyogyanya, dengan pemahaman ini, eksistensi hijab tidak mengurangi kinerja aktivis dalam gerak organisasinya. Program-program dakwah dapat direalisasikan jika Ikhwan-Akhwat saling bersinergi, yang ditunjang dengan ukhuwah yang kental. Sangat diharapkan, lembaga dakwah kampus mampu mengenjot potensi kader-kadernya terutama yang berada di posisi kunci. Sehingga dapat menyelesaikan kerja-kerja dakwah dengan optimal yang hasilnya juga dapat dirasakan oleh masyarakat, bukan hanya komunitas Ikhwan-Akhwat atau civitas akademika saja. Tulisan ini tidak bermaksud untuk menggurui tetapi lebih mengingatkan kita semuanya. Karena tentunya kita tidak ingin menjadi manusia yang merugi. Allah telah berfirman dalam al-Quran Surat al�Ashr: 1-3, �Demi masa. Sesungguhnya manusia itu berada dalam kerugian. Kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal shaleh, saling nasehat-menasehati dalam kebenaran dan saling nasehat-menasehati dalam kesabaran�. Wallahu�alam.

(inspirasi tulisan dari : Hafidzah, FSI NurJannah Padang dengan penyesuaian).
By : Onesia.

Oh Skripsikoe..........

Hari ne ane Bimbingan Skripsi ma Bapak Prof. Dr. Marjusman Maksan. wuihhh..banyak Bgt komentar 'n bantahan dari bahan. ane ditegur habis-habisan, sampe berdarah2 hati ne... bapak tu jelimet Bgt. Tp ane bersyukur skli bs mndpt pembimbing sprti beliau. sebenarnya Bpk tu baek Bgt. Ilmuny luarrr Biasa. ane haruz belajar banyak dr Beliau... ane Janji, Insya Allah... teguran dan semburan panas dari mulut Bpk tu hari ne akan ane jadikan cambuk utk ke depannya..

ya Rabb.... kuatlah langkah kaki hamba-Mu ini.. hamba sadar y Rabb.. tanpa Bimbingan 'n petunjuk dari-Mu, hamba Ga'kan pernah bisa menyelesaikan penulisan skripsi ini.. bimbing hamba ya Rahman.....